Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teruntuk Laskarku



Pertama...

Kabar baik menyapa di pagi yang sejuk
Membuat bintang mati kembali berpijar 
Perlahan merambah relung yang berserak
Berpendar indah menyeruak setiap pilar

Hari dipenuhi oleh bayang kebahagiaan
Menghunjam sukma hingga membekas cita
Syair munajat mulai dipintal tuk merajut asa
Dengan dalih lirih sebuah kesempurnaan

Sepuluh purnama terjejaki dan tak merasa
Tapi kau belum juga siap menyambut dunia
Masih nyaman berlindung di dalam sana
Sampai detakmu kurasa tak lagi berirama

Sekali lagi terpanjat permohonan panjang
Mengalir dari hati seorang yang bimbang
Berserah menyerah kepada KuasaNya 
Dan berharap siap meraup sinar bahagia

Kini, harap itu terus melangit meninggi
Mencoba menggapai suar yang terus berpendar
Semoga dapat menjadi puja dalam puji
Sebuah gubahan yang tak lekang dalam sandar

Tengah...

Lagi, Kau hadirkan mimpi dan cita dalam nyata 
Berdua selalu dalam penantian berbatas waktu
Sampaikah diri ini hingga tiba masa berbahagia
Bertemu dengan risalah tanpa mencuri kalbu

Pagi terganti oleh sang malam bertahta bintang
Tatkala rasa berbalut selimut, hangat berjejal sunyi
Perih tak lagi berlomba dalam dinginnya lekang
Hingga hanyalah tersisa alunan kisah seindah seruni

Aku dan dia tenggelam dalam riang tawa dan canda
Merajut warna di atas pelukan senja beralas manja
Kata lisan tak mampu terucap sepanjang galah
Namun kau tetap mengukir kasih walau ku tak ada

Teruslah menapak asa yang kau munajatkan
Dalam diam dan sucinya hatimu
Bersamailah ayat ayat ilahi di lubuk kalbu
Dan dengarkan harmoni lembut menenangkan

Jangan sedih, sayangku...
Dia tetap menuntun jengkal langkahmu
Tanamkan selalu hingga hinggap di dalam benak
Berjanjilah akan berjalan tanpa meninggalkan serak

Yang ketiga...

Tak henti lidah dan hati ini mengecup syukur
Cita hadir sekali lagi sebagai jawaban rinduku
Akan semburat kebahagiaan yang pernah mampir
Beberapa saat di ujung persimpangan syahdu

Gempita menggelayut bagai malam dengan gelapnya
Menyapa Hoya tanpa kedip dalam kesendirian
Berdua saja takkan mampu renungkan hari lusa
Karena rampai menjulang bertaut tanpa beban

Sudahlah luas langkah ini untuk melempar sauh
Menjauh dari basuh melompat riuh dari rapuh
Tertambat tanpa sekat berdiam dalam kerjap
Lalai membelai bagai derasnya gubahan sungai 

Runtuh persatu satu rasa yang terlanjur nyata
Tertidur damai jemari lentik menjentik fana
Lelah harap haru biru menderu rindu semu
Walau raga tegap dalam dekap lentera jemu

Kepada Yang Maha Indah diatas segalanya
Kutitipkan hatinya dalam baiknya pejagaanMu
Hingga dia tak lagi ragu terseret pusaran tabu
Bersama para pendahulu yang tersiram indah senja
Tjitra Ramadhani I am a lecturer at one of University in East Java. I like any kinds of literature.

Post a Comment for "Teruntuk Laskarku"